Aibnya di ramadhan makanan melacak di meja makan.  Diri tersandar kekenyangan. Tadinya rasa tidak cukup, kini tiada larat selera nak pandang.

Duduk tersandar mencari kekuatan dalam nafas makin singkat, buat bangkit menunaikan solat maghrib yang kian menghampiri batasnya waktu, sedang diri makin dungu.

Tertanya diri apakah ikhlas puasanya ini. Di waktu berbuka menyendatkan perut. Air, udara dan makanan
sebati tanpa ruang memenuhi kehendak nafsu yang tadinya garang bukan kepalang.

Aibnya di ramadhan ini bila hikmahnya puasa tidak dimengerti. Seperti terpaksa memenuhi rutin seorang muslim. Menahan lapar bagaikan sufi di siang hari, di saat berbuka melempiaskan nafsu bagaikan setahun rindu tak bertemu.

Ikhlaskah diri, tertanya hati dalam mata sayu memandang meja makan yang kini wajahnya kian lesu.

 
Iktibar Ramadhan oleh Amir Pearl

0 comments

Labels